Ponsel Bukan Penyebab Kebakaran SPBU, Aplikasi MyPertamina Aman?

                     Ponsel Bukan Penyebab Kebakaran SPBU, Aplikasi MyPertamina Aman?                Ponsel Bukan Penyebab Kebakaran SPBU, Aplikasi MyPertamina Aman?

Pertamina ingin masyarakat yang mengisi Pertalite menggunakan aplikasi MyPertamina melalui ponsel. Wacana itu menimbulkan tanda tanya lantaran ada anggapan ponsel bisa memicu kebakaran di SPBU.

Namun demikian hal itu dibantah pengamat gawai atas komunitas Gadtorade, Lucky Sebastian. Menurut Lucky memainkan ponsel di SPBU sebetulnya tidak berbahaya.

Sebab, ponsel dianggap bagai alat yang memancarkan sinyal radiasi yang aman dengan tidak bisa memicu kebakaran di SPBU.

Dijelaskan Lucky anggapan masyarakat soal bahaya main ponsel hadapan SPBU merupakan mitos dan hoax. Sinyal atas base tranceiver station (BTS) nan dikirim ke ponsel mempunyai daya nan relatif kecil, yaitu sekitar -90 dBm (decibel-milliwatts). Artinya tidak bisa memicu api.

"Seakuratnya ponsel dituduh demi alat adapun memancarkan sinyal selanjutnya bisa memicu kebakaran ketika mengenai uap bensin, sajalah mitos, atau bisa dikatakan hoax," ujar Lucky kepada CNNIndonesia.com, Kamis (16/6).

Ia pun mengutip hasil penelitian Adam Burgess dari University of Kent di 2005. Dalam penelitian itu dari 243 SPBU yang mengalami kebakaran dalam kurun waktu 11 tahun, tidak ada satupun dipicu ponsel.

"Sinyal ponsel terlantas mini untuk memicu kebakaran," ujar Lucky.

Anggapan memainkan ponsel dempet SPBU berbahaya lantaran pemberitaan ketimbang surat berita Inggris, The Mirror ala 2015. Ketika itu, Mirror memberitakan insiden kebakaran dempet SPBU ketika pengendara motor hendak mengisi bensin dengan mencari ponselnya.

Luck mengatakan, insiden itu kemungkinan kebakaran berpusat atas bensin yang tercecer keluar atas tangki bersama mengenai mesin yang masih panas, tetapi ponsel keburu tertuduh jadi biang keladi kebakaran.

"Jadi tanda hadapan SPBU dilarang menggunakan ponsel, hadapan negara-negara barat cenderung diperuntukkan agar saat mengisi bahan bakar, hadapan mana hadapan sana tidak dilayani petugas, melainkan mengisi sendiri, tidak terdistraksi kalau ponsel, sebatas terlampau lama, melenceng memilih jenis bahan bakar, tidak memperhatikan keamanan," tuturnya.

Akan tetapi, Luck tetap menyarankan tidak memainkan ponsel ketika mengisi bahan bakar. Sebab, itu akan metokcerkan antrean pengisian menjadi lebih berjarak.

Di sisi lain, Pertamina sendiri berdalih aplikasi MyPertamina bermakna agar penyaluran BBM subsidi tepat sasaran. Pasalnya, BBM bersubsisi semasih ini kerap dinikmati juga sebab masyarakat golongan mampu.

Lebih lanjut, Lucky sendiri setuju memakai inisiatif tersebut. "Ini bisa memudahkan pembayaran lebih segera karena mengide waktu untuk menghitung uang maka kembalian, apalagi dalam bentuk angka pecahan, sebagai saat mengisi penuh tanki akan kadang tidak bulat angkanya," ujarnya.

Namun ia ragu jika program pemerintah bisa serempak diterapkan hadapan masyarakat. Pasalnya, tidak semua warga punya smartphone lagi ada potensi kesulitan mengoperasikan ponsel pintar.

"Jadi tetap mesti tersedia sistem pembayaran biasa, sampai nanti semua terbiasa," tuturnya.

Ia pun menyoroti efektifitas penggunaan aplikasi MyPertamina, apakah bisa memangkas waktu atau cenderung menghabiskan durasi saat pembelian BMM subsidi.

"Berapa lama batas berjiwa bahwa dibutuhkan bagi transaksi memakai aplikasi ini, karena kalau terlantas memakan batas berjiwa, misal koneksi jelek saat patut terhubung memakai server, kalah, ada glitch, atas melangsungkan antrian selaku semakin jauh," menguncup Lucky.

[Gambas:Video CNN]