Dahsyatnya Senjata Penghancur Satelit, Bisa Picu Kiamat Global?

                     Dahsyatnya Senjata Penghancur Satelit, Bisa Picu Kiamat Global?                Dahsyatnya Senjata Penghancur Satelit, Bisa Picu Kiamat Global?

Sejumlah negara ibarat Amerika Serikat (AS), Rusia, China, dan India memegang senjata penghancur satelit (ASAT) bagi mengantisipasi penggunaan satelit demi senjata. Namun, senjata jenis ini diprediksi memicu berlipat-lipat risiko.

Kita sekarang menyaksikan perkembangan senjata anti-satelit yang pesat dan semakin internasional. Perlombaan bagi senjata-senjata ini tidak sahaja meningkatkan risiko konflik global-ini bisa membahayakan semua eksplorasi ruang angkasa akan masa depan.

ASAT merupakan senjata yang dirancang menjumpai menghancurkan atau membatasi penggunaan satelit menjumpai tujuan militer. Hal ini karena kekhawatiran satelit digunakan menjumpai tujuan bagai merusak pusat komando bersama kendali militer musuh.

Dikutip ketimbang situs Harvard, pengujian senjata ini paling awal dimulai ketika Perang Dingin. Saat itu, ke efektif,an peluncuran Sputnik I, Oktober 1957, memicu kekhawatiran Amerika. Bahwa, diduga ada tujuan Uni Soviet bagi mengembangkan satelit bersenjata nuklir yang mampu mengelilingi dunia.

Merespons hal itu, AS mengembangkan ASAT pertamanya: Bold Orion, sebuah rudal balistik yang diluncurkan dari udara.

Uni Soviet menanggapinya lewat program sejenis demi 1960-an selanjutnya 70-an yang dikenal lewat co-orbital. Tak sebagaimana desain ASAT yang memakai energi kinetik (KE-ASAT) sebelumnya, co-orbital ini bergiat lewat menyinkronkan lewat orbit satelit target dan kelak meledak.

Paman Sam menjawabnya dengan senjata ASM-135 dalam 1980-an. Berpertikaian dengan co-orbital Soviet, sistem senjata ini memakai sistem hit-to-kill tanpa bahan peledak, namun belaka menggunakan energi adapun dihasilkan oleh tabrakan.

Dalam demonstrasi tahun 1985 yang disahkan karena Presiden Ronald Reagan, sebuah ASM-135 efektif, menghancurkan satelit yang ayal.

Pada 2007, China beres menguji KE-ASAT, menghancurkan satelit cuaca tua dengan rudal balistik. Tahun lintas, India juga beres menguji coba ASAT nan disebut sebagai Mission Shakti.

Masalah

Terlepas ketimbang fungsi pencegahnya, ASAT cenderung memprovokasi atau memperburuk konflik ketimbang meredamnya. Pertama, keamanan global. Salah satu risiko yang ditimbulkan ASAT merupakan penghancuran satelit peringatan dini.

Satelit ini adalah elemen berpengaruh dari pertahanan rudal balistik AS, yang mampu mendeteksi rudal segera sesudah diluncurkan lagi melacak jalurnya.

Ada kira-kira area konflik di mana ASAT dalam sangat relevan. Korea Utara, contohnya. Berita peluncuran rudal Korea Utara datang mengenai satelit peringatan dini tersebut.

Mengingat sejarah provokasi nuklir Korea Utara lagi inkonsistensi diplomasinya, ada peluang hulu ledak nuklir diluncurkan.

Selain itu, China akan tengah memanas antara Laut China Selatan, misalnya. Jika satelit peringatan dini dihancurkan, maka Korea Selatan, Jepang, Taiwan berada jauh didalam bahaya nuklir.

Kedua, kehancuran satelit lain. Dikutip ketimbang Space, satelit akan hancur akan bergilir menjadi tumpukan sampah akan mengorbit Bumi dan menabrak kendaraan luar angkasa lain batas menahbiskan nya puing-puing.

Skenario bernama Sindrom Kessler ini bisa digambarkan dengan nyaris tampak di film "Gravity" (2013) adapun dibintangi Sandra Bullock.

Sindrom Kessler sendiri terjadi ketika jumlah puing-puing ruang angkasa di orbit mencapai titik di mana mereka menciptakan lebih banyak puing dengan lebih lagi santak dapat menyebabkan kekacauan bagi program luar angkasa apa pun.

Fenomena ini mengambil nama mantan ilmuwan NASA Donald Kessler adapun menggambarkan ide dasar dalam makalahnya tahun 1978 "Frekuensi Tabrakan Satelit Buatan: Penciptaan Sabuk Puing".

Dia beserta rekan penulis Burton Cour-Palais mengatakan kemungkinan tabrakan satelit akan meningkat karena semakin berlebihan pesawat ruang angkasa diluncurkan.

Jadi, bukan cuma satelit target akan akan hancur. Namun, bisa jadi keseluruhan program luar angkasa semua negara terdampak.

Beragam perjanjian persenjataan coba dilakukan untuk melarang ASAT. Yang terhangat adalah usulan Rusia lagi Cina dengan 2014, merupakan perjanjian tentang Pencegahan Penempatan Senjata dempet Luar Angkasa lagi Ancaman atau Penggunaan Keberkuasaan Terhadap Objek Luar Angkasa ( PPWT).

Namun, itu ditolak oleh Amerika Serikat demi dalih tidak memiliki verifikasi dan mengizinkan penimbunan sistem ASAT berbasis terestrial (Bumi). Artinya, perjanjian itu saja melarang ASAT berbasis ruang angkasa dan memungkinkan pengembangan sistem yang diluncurkan dari darat.

Hingga kini, tak ada perjanjian yang betul-betul bisa mencegah senjata penghancur satelit itu.

[Gambas:Video CNN]